Rabu, 23 Januari 2013

Blok Muskuloskeletal


A. STANDAR KOMPETENSI ASUHAN KEPERAWATAN MUSKULOSKELETAL:
Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan muskuloskeletal pada segala usia dengan menggunakan langkah-langkah proses keperawatan secara Islami.

B. KOMPETENSI DASAR
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal.
2.      Mahasiswa mampu menjelaskan konsep patofisiologi pada sistem muskuloskeletal
3.      Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip body mekanik dan body alignment dan aplikasinya dalam asuhan keperawatan
4.      Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada system musculoskeletal dengan menggunakan pendekatan proses  keperawatan, meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi , implementasi dan evaluasi.
5.      Mahasiswa mampu menerapkan komunikasi terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan
6.      Mahasiswa mampu menerpkan nilai profesional dan etika profesi keperawatan dalam memberikan asuhan
7.      Mahasiswa mampu melakukan pendidikan kesehatan pada individu, keluarga, dan masyarakat terkait dengan gangguan sistem muskuloskeletal
8.      Mahasiswa mampu melakukan riset keperawatan sederhana yang menunjang pada sistem muskuloskeletal

Sabtu, 19 Januari 2013

Blok Etika Keperawatan Islami


1.      Standar Kompetensi

Mahasiswa mampu menerapkan aspek etik dan legal dalam praktik keperawatan berlandaskan asas-asas Islam

2.      Kompetensi Dasar

  1. Mengenali dan menerima akontabilitas personal dan tanggung jawab untuk semua aspek praktik profesional
  2. Memahami dan mendemonstrasikan pengetahuan kerangka etik dan legal sistem kesehatan yang berhubungan dengan keperawatan.
  3. Memahami dan menggunakan kerangka pembuatan keputusan etik.
  4. Menghargai sumber-sumber etnik, agama atau faktor lain dari setiap pasien yang tidak lazim.
  5. Melaksanakan peran advokasi untuk  memenuhi hak pasien dan memberdayakan pasien/klien dalam membuat keputusan yang terkait asuhan mereka.
3. ORGANISASI MATERI
  1.  Kontrak Pembelajaran
  2. Etika Keperawatan Sebagai Ciri Profesi
  3. Pandangan Islam Tentang Pendekatan Etik
  4. Kode Etik Keperawatan
  5. Prinsip Moral & Etik Keperawatan
  6. Sumpah Dalam Islam
  7.  Penerapan Kode Etik Keperawatan Dalam Pelayanan Keperawatan
  8. Nilai-Nilai Personal Islam
  9.  Aspek Legal Etik
  10.  Sumpah Profesi Ners
  11.   Tahap Penyelesaian Masalah Etik
  12.   Masalah Hukum Kesehatan
  13.  Hak & Kewajiban Seseorang Menurut Islam
  14. Standar Asuhan Keperawatan
  15. Hak & Kewajiban Perawat
  16.  Etos Kerja Perawat Islami
  17. Peran Advokasi Perawat
  18. Masalah Hukum Keperawatan
  19.  Pribadi Sholeh & Sholehah
  20. Ners Exelent 

Blok Indera


I.                   Pendahuluan

Blok indra membahas tentang review anatomi dan fisiologi sistem indra, identifikasi data, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengelolaan kasus pada klien dengan gangguan sistem indra kususnya mata dan telinga. Dalam upaya untuk memelihara homeostatis, tubuh selalu mengadakan reaksi penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi disekitar atau di dalam tubuh sendiri. Susunan indra merupakan termasuk sistem utama tubuh yang bekerja secara terpadu dan berkesinambungan untuk memelihara homeostatis. Respon tubuh yang cepat terhadap suatu stimulus diregulasi oleh mata dan telinga, dimana semua stimulus yang diterima akan segera dihantarkan secara cepat. Pengaruh gangguan  proses indra dapat mengakibatkan gangguan pada system lain  pada semua tingkat usia perkembangan.

II.      Standar Kompetensi
Standar kompetensi dalam blok persarafan secara umum adalah sebagai berikut
  1. Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem indra khususnya mata dan telinga pada segala tingkat usia dengan menggunakan langkah-langkah proses keperawatan
  2. Melakukan riset ( study literatur) keperawatan sederhana pada pasien dengan gangguan indra pada segala tingkat usia

III.       Kompetensi Dasar
Dalam mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi pada blok sistem indra (mata dan telinga) disini mahasiswa dituntut untuk dapat mencapai target kompetensi diberbagai tingkat usia perkembangan manusia dengan berbagai permasalahanya. Untuk lebih jelasnya diuraikan dibawah ini:
1.      Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai perkembangan anatomi sistem indra dari perkembangan sel janin sampai dengan proses degeneratif pada lanjut usia
2.      Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai fungsi fisiologis kerja sistem indra (mata dan telinga) secara normal dan bila terjadi gangguan patologis
3.      Mahasiswa dapat menggambarkan mekanisme fisika yang terjadi pada kerja sistem indra (mata dan telinga)
4.      Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme kerja biokimia yang terjadi pada sistem indra (mata dan telinga)
5.      Mahasiswa dapat menyusun kerangka pathway pada gangguan sistem indra (mata dan telinga)
6.      Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai konsep medis gangguan sistem indra (mata dan telinga)  definisi, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi.
7.      Mahasiswa dapat menyebutkan mekanisme kerja farmakologi (indikasi, efek samping, kontraindikasi) pada terapi pengobatan penyakit sistem indra (mata dan telinga)
8.      Mahasiswa dapat melakukan pengkajian secara terfokus pada klien dengan gangguan sistem indra (mata dan telinga)
9.      Mahasiswa dapat menyebutkan dan melakukan persiapan pemeriksaan laboratorium diagnostik terkait pada gangguan sistem indra (mata dan telinga)
10.  Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik terkait pada gangguan sistem indra (mata dan telinga)
11.  Mahasiswa dapat merumuskan masalah (diagnosa keperawatan) pada klien dengan gangguan sistem indra (mata dan telinga)
12.  Mahasiswa dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem indra (mata dan telinga)
13.  Mahasiswa dapat melakukan implementasi keperawatan (kebutuhan dasar – lanjut) pada klien dengan gangguan sistem indra (mata dan telinga)
14.  Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan sistem indra (mata dan telinga)
15.  Mahasiswa dapat melakukan pencatatan / pendokumentasian proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem indra (mata dan telinga)
16.  Mahasiswa dapat melakukan penyuluhan kesehatan pada klien dengan gangguan sistem indra (mata dan telinga) di tatanan klinik – komunitas
17.  Mahasiswa dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan tim gizi untuk klien dengan gangguan sistem indra (mata dan telinga)
18.  Mahasiswa dapat mengelola pasien dengan gangguan sistem indra (mata dan telinga)
19.  Mahasiswa mampu melakukan bimbingan beribadah pada pasien dengan gangguan sistem indra (mata dan telinga)
20.  Mahasiswa dapat melakukan riset keperawatan sederhana pada pasien dengan gangguan sistem indra (mata dan telinga).

Kamis, 03 Januari 2013

Blok Persyarafan


PEDOMAN PEMBELAJARARAN BLOK SISTEM PERSARAFAN

I.                   INTRODUKSI

Blok sistem persarafan membahas tentang review anatomi dan fisiologi sistem persarafan, identifikasi data, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengelolaan kasus pada klien dengan gangguan sistem persarafan.dalam upaya untuk memelihara homeostatis, tubuh selalu mengadakan reaksi penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi disekitar atau di dalam tubuh sendiri. Susunan saraf dan endokrin merupakan dua sistem regulasi utama tubuh yang bekerja secara terpadu dan berkesinambungan untuk memelihara homeostatis. Respon tubuh yang cepat terhadap suatu stimulus diregulasi oleh susunan saraf, dimana semua stimulus yang diterima akan segera dihantarkan secara cepat antar sel dan jaringan melalui impuls elektrik dan senyawa kimia (neurotransmitter). Stimulus yang terjadi karena perubahan lingkunagan akan disalurkan melalui saraf ke sumsum tulang belakang dan otak, kemudian akan mengalami proses integrasi, analisa, kombinasi, komparasi, kordinasi, dan akan dihantarkan kembali melalui saraf ke otot dan kelenjar tubuh. Pengaruh gangguan  proses persarafan dapat mengakibatkan gangguan pada system lain  pada semua tingkat usia perkembangan.

II.                STANDAR KOMPETENSI
Standar kompetensi dalam blok persarafan secara umum adalah sebagai berikut
a.    Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan persarafan pada segala tingkat usia dengan menggunakan langkah-langkah proses keperawatan
b.    Melakukan riset ( study literatur) keperawatan sederhana pada pasien dengan gangguan persarafan pada segala tingkat usia

III.             KOMPETENSI DASAR
Dalam mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi pada blok sistem persarafan disini mahasiswa dituntut untuk dapat mencapai target kompetensi diberbagai tingkat usia perkembangan manusia dengan berbagai permasalahanya. Untuk lebih jelasnya diuraikan dibawah ini:
1.      Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai perkembangan anatomi sistem persarafan dari perkembangan sel janin sampai dengan proses degeneratif pada lanjut usia
2.      Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai fungsi fisiologis kerja sistem persarafan secara normal dan bila terjadi gangguan patologis
3.      Mahasiswa dapat menggambarkan mekanisme fisika yang terjadi pada kerja sistem persarafan
4.      Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme kerja biokimia yang terjadi pada sistem persarafan
5.      Mahasiswa dapat menyusun kerangka pathway pada gangguan sistem persarafan
6.      Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai konsep medis gangguan sistem persarafan (definisi, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi)
7.      Mahasiswa dapat menyebutkan mekanisme kerja farmakologi (indikasi, efek samping, kontraindikasi) pada terapi pengobatan penyakit sistem persarafan
8.      Mahasiswa dapat melakukan pengkajian secara terfokus pada klien dengan gangguan sistem persarafan
9.      Mahasiswa dapat menyebutkan dan melakukan persiapan pemeriksaan laboratorium diagnostik terkait pada gangguan sistem persarafan
10.  Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik terkait pada gangguan sistem persarafan
11.  Mahasiswa dapat merumuskan masalah (diagnosa keperawatan) pada klien dengan gangguan sistem persarafan
12.  Mahasiswa dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persarafan
13.  Mahasiswa dapat melakukan implementasi keperawatan (kebutuhan dasar – lanjut) pada klien dengan gangguan sistem persarafan
14.  Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan sistem persarafan
15.  Mahasiswa dapat melakukan pencatatan / pendokumentasian proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan
16.  Mahasiswa dapat melakukan penyuluhan kesehatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan di tatanan klinik – komunitas
17.  Mahasiswa dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan tim gizi untuk klien dengan gangguan sistem persarafan
18.  Mahasiswa dapat mengelola pasien dengan gangguan sistem persarafan
19.  Mahasiswa mampu melakukan bimbingan beribadah pada pasien dengan gangguan sistem persarafan
20.  Mahasiswa dapat melakukan riset keperawatan sederhana pada pasien dengan gangguan sistem persarafan
Semua tujuan tersebut diatas harus dapat dicapai oleh setiap mahasiswa dengan spesifikasi kasus minimal/ dasar pada pasien dengan gangguan sistem persarafan pada berbagaai tingkat usia dan dalam keadaan gawat darurat sekalipun. Adapun kompetensi kasus minimal dalam blok persarafan antara lain sebagai berikut:
NO
Bahan Kajian Kasus
Keterangan
1
Cedera kepala
Anak, Dewasa, Lansia dan Gawat Darurat





Anak, Dewasa, Lansia dan Gawat Darurat


2
Trauma leher
3
Epilepsi
4
Hidrosefalus
5
Peradangan/ infeksi
6
Stroke
7
Gbs
8
Tetanus
9
Kejang demam
10
Parkinson
11
Alzhaimer
12
Cereberal palsy

Jumat, 21 Desember 2012

Blok Endokrin


A.    INTRODUKSI

Pada blok sistem Endokrin membahas tentang  proses Ekskresi dan sekresi kelenjar Endokrin. Pengaruh gangguan  proses Endokrin (hypo dan hiper) dapat mengakibatkan gangguan pada system lain seperti system kardiovaskuler,  system perkemihan, system muskuloskeletal, system pencernaan pada semua tingkat usia perkembangan.
Jika kelenjar endokrin  mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh.
Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti melepaskan hormon.
Kelenjar semacam pulau pakreas dan kelenjar paratiroid, tidak berada dibawah kendali hipofisa. Mereka memiliki sistem sendiri untuk merasakan apakah tubuh memerlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon. Misalnya kadar insulin meningkat segera setelah makan karena tubuh harus mengolah gula dari makanan. Jika kadar insulin terlalu tinggi, kadar gula darah akan turun sampai sangat rendah.

B.     STANDAR KOMPETENSI :
Mahasiswa setelah melaksanakan proses pembelajaran diharapkan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Endokrin pada segala usia dengan menggunakan langkah-langkah proses keperawatan.

C.    KOMPETENSI DASAR
Setelah mengikuti proses pembelajaran selama blok endokrin:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai perkembangan anatomi kelenjar endokrin dari perkembangan sel janin – proses degeneratif pada lanjut usia
2.   Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai fungsi fisiologis kerja sistem endokrin secara normal dan bila terjadi gangguan patologis
3.      Mahasiswa dapat menggambarkan mekanisme fisika yang terjadi pada kerja sistem endokrin
4.      Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme kerja biokimia yang terjadi pada organ endokrin.
5.      Mahasiswa dapat menyusun kerangka patoflowdiagram pada gangguan sistem Endokrin
6.      Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai konsep medis gangguan sistem Endokrin (definisi, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi)
7.  Mahasiswa dapat menyebutkan mekanisme kerja farmakologi (indikasi,efek,efek samping, kontraindikasi) pada terapi pengobatan penyakit sistem endokrin
8.   Mahasiswa dapat melakukan pengkajian secara terfokus pada klien dengan gangguan sistem Endokrin
9.   Mahasiswa dapat menyebutkan dan melakukan persiapan pemeriksaan laboratorium diagnostik pada gangguan sistem Endokrin
10.  Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik pada gangguan sistem Endokrin
11.  Mahasiswa dapat menyusun analisa data dan merumuskan masalah (diagnosa keperawatan) pada klien dengan gangguan sistem Endokrin
12.  Mahasiswa dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem Endokrin
13.  Mahasiswa dapat melakukan implementasi keperawatan (kebutuhan dasar – lanjut) pada klien dengan gangguan sistem Endokrin
14.  Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan sistem Endokrin
15.  Mahasiswa dapat melakukan pencatatan / pendokumentasian proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem Endokrin dengan benar
16.  Mahasiswa dapat melakukan penyuluhan kesehatan pada klien dengan gangguan sistem Endokrin di tatanan klinik – komunitas
17.  Mahasiswa dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan tim gizi untuk klien dengan gangguan sistem Endokrin
18.  Mahasiswa dapat mengelola pasien dengan gangguan sistem Endokrin.
19. Mahasiswa mampu membimbing beribadah pada pasien dengan gangguan sistem Endokrin.

Jumat, 14 Desember 2012

Profil Lulusan Ners


Profil lulusan merupakan langkah dasar dalam menyusun kurikulum yang berbasis kompetensi. Profil lulusan ners Stikes Muhammadiyah Gombong adalah sebagai berikut :
1.         Care Provider ( Pemberi asuhan keperawatan )
2.         Community Leader
3.         Educator ( Pendidik kesehatan bagi klien dan keluarga )
4.         Manager ( Pengelola asuhan keperawatan )
5.         Researcher ( Peneliti pemula )

Sebagai pemberi pelayanan professional, seorang ners mempunyai kompetensi sebagai berikut :
1.         Mampu berkomunikasi secara efektif
2.         Mampu menerapkan aspek etik dan legal dalam praktik keperawatan
3.         Mampu melaksanakan asuhan keperawatan professional di klinik dan komunitas
4.         Mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan
5.         Mampu menjalin hubungan interpersonal
6.         Mampu melakukan penelitian sederhana
7.         Mampu mengembangkan profesionalisme secara terus menerus atau sepanjang hayat
8.     Mampu mengembangkan kegiatan dakwah melalui praktik keperawatan.
Sumber: Panduan Profesi Ners 2012

Rabu, 12 Oktober 2011

Bagaimanakah Merawat Pasien Dengan Masalah Hemorroid?

A. PENGERTIAN 
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi di dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50 an, sekitar 50 % individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu hemoroid interna yang terjadi diatas sfingter anal dan hemoroid eksternal yang terjadi diluar sfingter anal. 



 B. PATOGENESIS 
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan, atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus. Faktor risiko hemoroid antara lain mengejan pada saat buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca), peningkatan tekanan intra abdomen yang disebabkan oleh tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan karena tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare yang berlebihan, hubungan seks per-anal, kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi. 

 C. PATOFISIOLOGI 
Hemoroid adalah bantalan jaringan ikat dibawah lapisan epitel saluran anus. Sebagai bantalan, maka ia berfungsi untuk: o Mengelilingi dan menahan anastomosis antara arteri rektalis superior dengan vena rektalis superior, media, dan inferior o Mengandung lapisan otot polos di bawah epitel yang membentuk masa bantalan o Memberi informasi sensorik penting dalam membedakan benda padat, cair, atau gas o Secara teoritis, manusia memiliki tiga buah bantalan pada posterior kanan, anterior kanan, dan lateral kiri. Kelainan-kelainan bantalan yang terjadi adalah pembesaran, penonjolan keluar, trombosis, nyeri, dan perdarahan yang kemudian disebut/menjadi ciri dari hemoroid. 

D. KLASIFIKASI 
Hemoroid diklasifikasikan menjadi hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis, yaitu: 1. Derajat I: bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop; 2. Derajat II: pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan. 3. Derajat III: pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari. 4. Derajat IV: prolaps hemoroid yang permanen, rentan, dan cenderung untuk mengalami trombosis atau infark. Untuk melihat risiko perdarahan, hemoroid dapat dideteksi olek adanya stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang masih menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid. 

E. PENEGAKAN DIAGNOSIS 
Diagnosis hemoroid ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dari hemoroid berdasarkan klasifikasi hemoroid (derajat I sampai dengan derajat IV) dan pemeriksaan anoskopi dan kolonoskopi. Untuk memastikan, diperlukan pemeriksaan rontgen barium enema atau kolonoskopi total. 

F. MANIFESTASI KLINIS 
Hemoroid menyebabkan tanda dan gejala: - Rasa gatal dan nyeri - Perdarahan berwarna merah terang pada saat BAB - Pada hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area tersebut. 

G. ETIOLOGI 
Penyebab terjadinya hemoroid antara lain: 1. Terlalu banyak duduk 2. Diare menahun/kronis 3. Kehamilan: disebabkan oleh karena perubahan hormon 4. Keturunan penderita wasir 5. Hubungan seks tidak lazim (perianal) 6. Penyakit yang membuat penderita mengejan 7. Sembelit/ konstipasi/ obstipasi menahun 8. Penekanan kembali aliran darah vena 9. Melahirkan 10. Obesitas 11. Usia lanjut 12. Batuk berat 13. Mengangkat beban berat 14. Tumor di abdomen/usus proksimal 

H. PENATALAKSANAAN 
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan bedah. 1. Penatalaksanaan Medis Ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau klien yang menolak operasi. a. Non-farmakologis Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara memperbaiki defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting). Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman ini, eksudat/sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan. b. Farmakologi Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu: 1. Obat yang memperbaiki defekasi Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang yang banyak dipakai antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara lain ketut dan kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll). 2. Obat simptomatik Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct. 3. Obat penghenti perdarahan Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah. 4. Obat penyembuh dan pencegah serangan Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps. c. Minimal Invasif Bertujuan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif antara lain skleroterapi hemoroid atau ligasi hemoroid atau terapi laser. Dilakukan jika pengobatan farmakologis dan non-farmakologis tidak berhasil. 2. Penatalaksanaan Tindakan Operatif Ditujukan untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna atau semua derajat hemoroid yang tidak berespon terhadap pengobatan medis. o Prosedur ligasi pita karet o Hemoroidektomi kriosirurgi o Laser Nd: YAG o Hemoroidektomi 3. Penatalaksanaan Tindakan non-operatif o Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, terapi laser adalah tekhnik terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang mendasarinya o Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah. Membantu mencegah prolaps. 

Nursing Assesment: 
o Personal Hygiene yang baik terutama didaerah anal 
o Menghindari mengejan selama defekasi 
o Diet tinggi serat 
o Bedrest/tirah baring untuk mengurangi pembesaran hemoroid 

I. PENCEGAHAN 
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain: 1. Jalankan pola hidup sehat 2. Olah raga secara teratur (ex.: berjalan) 3. Makan makanan berserat 4. Hindari terlalu banyak duduk 5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll. 6. Hindari hubunga seks yang tidak wajar 7. Minum air yang cukup 8. Jangan menahan kencing dan berak 9. Jangan menggaruk dubur secara berlebihan 10. Jangan mengejan berlebihan 11. Duduk berendam pada air hangat 12. Minum obat sesuai anjuran dokter 

 J. ASUHAN KEPERAWATAN 
1. Pengkajian Riwayat kesehatan: - Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi? - Adakah nyeri abdomen? - Apakah terdapat perdarahan dari rektum? Berapa banyak, seberapa sering, apa warnanya? - Adakah mucus atau pus? - Bagaimana pola eliminasi klien? Apakah sering menggunakan laksatif? Riwayat diet: - Bagaimana pola makan klien? - Apakah klien mengkonsumsi makanan yang mengandung serat? Riwayat pekerjaan: - Apakah klien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau berdiri dalam waktu lama? Aktivitas dan latihan: - Seberapa jumlah latihan dan tingkat aktivitas? Pengkajian obyektif: - Menginspeksi feses apakah terdapat darah atau mucus dan area perianal akan adanya hemoroid, fisura, iritasi, atau pus. 2. Diagnosa Keperawatan a. Konstipasi b.d mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri selama defekasi b. Ansietas b.d rencana pembedahan dan rasa malu c. Nyeri b.d iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area rektal/anal sekunder akibat penyakit anorektal dan spasme sfingter post-operatif d. Perubahan eliminasi urinarius b.d rasa takut nyeri post-operatif e. Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapi 3. Perencanaan dan intervensi - Menghilangkan konstipasi Intervensi: a. Menyusun waktu untuk defekasi, biasanya setelah makan atau pada waktu tidur b. Menggunakan latihan relaksasi sesuai kebutuhan c. Menambahkan makanan tinggi serat pada diet d. Meningkatkan masukan cairan hingga 2 liter/24 jam - Menurunkan ansietas - Menghilangkan nyeri Intervensi: a. Mengubah posisi tubuh dan aktifitas untuk meminimalkan nyeri dan ketidaknyamanan - Meningkatkan eliminasi urinarius - Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi - Pendidikan klien dan pertimbangan perawatan di rumah
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...